MAU
BIKIN NOVEL?
Membuat
novel memang sudah pasti akan membutuhkan energi dan waktu yang lebih banyak
dibandingkan membuat tulisan pendek seperti cerpen atau artikel. Secara garis
besar yang perlu dilakukan dalam menulis novel – atau buku – adalah:
*
Langkah pertama: mencari/mendapatkan ide
*
Langkah kedua: ide dikembangkan menjadi sinopsis. Di tahap ini kita juga sudah
harus menentukan karakteristik para tokohnya.
*
Langkah ketiga: sinopsis dikembangkan menjadi storyline
*
Langkah keempat: storyline dikembangkan menjadi draft awal
*
Langkah kelima: draft awal disempurnakan untuk menjadi draft akhir
Berikut
ini adalah contoh lima langkah tersebut yang diambil dari postingan-postingan
milis
menulisnovel@yahoogroups.com:
I.
Ide:
Seorang
guru naksir muridnya sendiri. Namun, celakanya, muridnya yang juga bunga sekolah
itu juga ditaksir oleh teman sekelasnya. Guru pun harus bersaing ‘dingin’
dengan sang siswa. Konflik bermunculan: pantaskah guru fall in love dengan anak
didiknya? Bagaimanakah model persaingan antara guru-murid karena rebutan cewe?
Bagaimana jika hal itu ketahuan staff guru yang lain? Dalam persaingan ‘dingin’
itu, harga dirinya sebagai guru dipertaruhkan. Yang manakah akan dipilih:
Posisi dan harga dirinya sebagai guru, atau, cintanya terhadap si bunga sekolah
yang ternyata diam-diam juga memendam perasaan padanya.
II.
Sinopsis: Ide diatas dibuat menjadi alur cerita 3 babak (tidak baku dan bisa
dibuat beberapa babak). Babak I adalah perkenalan tokoh dan latar belakang,
Babak II adalah muncul dan meningkatnya konflik, Babak III konflik memuncak dan
berakhir.
Contoh
:
BABAK
– 1
Latar
Belakang
————–TAHUN
2003—————-
Kelas
3 pada SMA naungan sebuah Yayasan Pendidikan di salah satu kota menerima
seorang siswi baru pindahan dari kota lain. Syahda Rinaia, demikian nama siswi
itu (deskripsi : 17 tahun, kelas 3, anak orang berada, cantik, cerdas, ceria,
supel, ekspresif, semampai, bermata indah, berlesung pipi, penikmat sastra dan
suka menulis puisi). Kehadiran dara manis ini membuat para cowok dikelas itu
berlomba untuk menarik perhatiannya demi meraih cintanya.
Begitu
juga halnya Arjun Sambudi, (deskripsi : 18 tahun, kelas 3, keren, atletis,
ngetop di sekolah karena prestasinya di bidang olahraga, anak salah seorang
donatur Yayasan), tak ketinggalan berupaya untuk mendapatkan cintanya Syahda.
Dengan “modal” yang dimilikinya, tak membutuhkan waktu yang lama bagi Arjun
untuk mendapatkan cinta Syahda. Singkat cerita, Arjun dan Syahda sudah menjadi
sepasang kekasih. Diam-diam ternyata salah satu dari guru yang baru 9 bulan
mengajar, Aksoro Pinandito (deskripsi: 27 tahun, baby face, penyendiri,
introvert, sabar, bersifat dewasa, berdedikasi, lulusan Sastra Inggris UGM,
dari keluarga sederhana, orang tuanya petani di desa), juga terpesona dan
sering mengimpikan Syahda, tapi tidak terlalu berharap banyak, karena sadar dirinya
orang biasa saja.
Awal
Konflik
Pak
Akso, demikian panggilan bagi guru sastra itu, kerapkali menulis puisi di
majalah dan suratkabar lokal, dengan memakai nama samaran Pulungsari. Suatu
hari, salah satu puisi yang ditulisnya di suratkabar lokal merupakan ekspresi
perasaan hatinya pada gadis idamannya itu. Puisi itu berjudul Gerimis nan Indah
adalah personifikasi dari nama Syahda Rinaia, gadis impiannya sekaligus
muridnya sendiri. Syahda yang memiliki hobi mengoleksi puisi-puisi indah
kebetulan membacanya juga. Gadis itu sangat terpukau dengan gaya puisi-puisi
yang sering ditulis oleh penyair ini, sehingga dia tidak sabar menantikan
puisi-puisi baru disetiap minggunya. Kemudian Syahda memberanikan diri untuk
menyurati penyair ini untuk berkenalan dan belajar menulis puisi darinya.
Hubungan lewat surat-menyurat ini mulai berlangsung secara intensif.
Sangat
berbeda dari sifatnya sehari-hari, lewat surat Pak Akso sangat romantis dan
lebih berani mengutarakan perasaannya pada Syahda walaupun belum menunjukkan jatidiri
dia yang sebenarnya. Akhirlah tumbuh suasana mesra diantara mereka walaupun
belum pernah ketemu. Arjun, sebagai kekasih Syahda, tidak tahu akan hal ini.
Hubungan
Syahda dengan Arjun mulai renggang, karena sifat Arjun yang egois, sombong dan
beberapa sifat lainnya yang tidak disukai Syahda. Syahda pelan-pelan menjauhi
Arjun.
BABAK
– 2
PERKEMBANGAN
KONFLIK
Suatu
waktu, Pak Akso sakit cacar yang membutuhkan perawatan di rumah sakit sehingga
untuk beberapa waktu tidak ada puisi baru yang ditulisnya. Syahda yang sudah
kecanduan dan merindukan puisi-puisinya, menanyakan langsung kabar dari penyair
ini kepada staf redaksi koran dimana puisinya sering dimuat.
Dengan
kegigihannya untuk mendapatkan informasi, akhirnya Syahda menemukan Pak Akso
yang masih berbaring di rumah sakit.
Disinilah
Syahda terkejut dan tahu siapa sebenarnya penyair yang dia dambakan selama ini.
Pak
Akso pada awalnya menyangkal, tapi Syahda dengan jujur mengakui perasaan cinta
itu. Akhirnya Pak Akso mengakui perasaannya yang sebenarnya dan langsung
disambut oleh Syahda dengan sukacita.
Pak
Akso mulai sehat dan kembali mengajar. Di sekolah mereka berdua merahasiakan
hubungannya. Walaupun dirahasiakan, di kelas tak dapat disangkal perhatian Pak
Akso terhadap Syahda memang sedikit lebih dibandingkan perhatiannya terhadap
siswa-siswa lainnya. Syahda juga kelihatan senang atas perhatian sang guru ini.
Syahda lebih sering terlihat bersama Pak Akso untuk belajar membuat puisi dan
mengkajinya. Siswa lainnya sudah mulai tahu dengan perkembangan ini. Banyak
cowok di kelas itu mulai tidak suka pada Pak Akso.
Arjun
yang ternyata masih menyimpan rasa kepada Syahda mulai terbakar api cemburu dan
mulai memupuk dendam pada Pak Akso.
BABAK
– 3
KLIMAKS
Arjun
dan kelompoknya merencanakan plot licik untuk mencelakakan Pak Akso. Beberapa
kali rencana dilaksanakan, dari mengendorkan baut-baut di motor Pak Akso agar
terjadi kecelakaan tapi Alhamdulilah masih selamat sampai menyebarkan fitnah
yang keji bahwa Pak Akso bisa diterima jadi guru di sekolah itu karena menyogok
sejumlah uang, dan sampai sekarangpun sogokannya itu belum lunas dengan
memotong sebagian dari gajinya. Walaupun dianiaya oleh muridnya sendiri, namun
Pak Akso tetap bersabar, karena dia tahu Arjun adalah anak Pak Tirto Sambudi,
orang berpengaruh di Yayasan tempat dia bekerja.
Suatu
ketika, kejahatan Arjun sudah kelewat batas. Selagi belajar di kelas, Arjun
membuat ulah yang memancing kemarahan Pak Akso. Pak Akso menegurnya dengan
sopan, tapi Arjun malah menantang dengan menyebutnya “anak desa penggembala
kerbau yang sok belagu”. Pak Akso khilaf dari kesabarannya dan memegang Arjun,
sehingga hampirlah terjadi perkelahian diantara mereka, tapi sempat dipisahkan
oleh murid-murid lainnya.
Dendam
Arjun tidak cukup sampai disitu saja. Sewaktu Pak Akso pulang dari sekolah
melewati sebuah gang, tiba-tiba Pak Akso dihadang oleh 4 orang pemuda
berandalan, suruhannya Arjun dan disanalah Pak Akso dihajar habis-habisan. Pak
Akso babak belur dan biru lebam, untung saja sempat dibantu oleh penduduk
setempat dan dibawa ke rumah sakit.
Malang
benar nasib Pak Akso, sudah jatuh ditimpa tangga pula. Pak Akso dipecat oleh
Kepala Sekolah atas perintah pemilik Yayasan, dengan alasan mengajak muridnya
sendiri berkelahi. Ini jelas dari usahanya Arjun yang menghasut orang tuanya
dan rekan-rekan orang tuanya untuk “menghabisi” Pak Akso.
Orang
tuanya Syahda juga dipanggil, diberitahu bahwa anak gadisnya selama ini ada
hubungan rahasia dengan guru yang baru dipecat itu. Orang tua Syahda
memperingatkan anaknya jangan lagi berhubungan dengan guru itu.
ANTIKLIMAKS
Kedua
orang tuanya di desa sedih dan pergi ke kota menjenguk Pak Akso. Karena sudah
dipecat, dan tidak ada kerja lagi, Pak Akso memenuhi keinginan orang tuanya
untuk kembali ke desa untuk memulihkan fisik dan mentalnya yang mulai rapuh.
Syahda sedih sepeninggal Pak Akso ke desa, tapi dia juga tidak berani menentang
kehendak orang tuanya. Singkat cerita kelulusan sekolah sudah sampai. Syahda
tetap menolak ajakan untuk kembali yang ditawarkan Arjun Hatinya sudah tertutup
bagi Arjun.
Syahda
akan dikirim oleh orang tuanya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelum
berangkat, Syahda sempat menyurati Pak Akso di desa. Dalam suratnya, Syahda
minta doanya Pak Akso, agar cita-citanya berhasil dan dia juga mendoakan Pak
Akso agar tabah dan suatu ketika semoga apa yang mereka cita-citakan dikabulkan
Yang Maha Kuasa Kalau memang jodoh, kita akan bisa bertemu lagi, katanya. Pak
Akso sedih namun rela melepaskan dan mendoakan Gerimis nan Indah ini untuk
membasahi bumi lainnya yang kekeringan.
HAPPY
ENDING
—————————
4 Tahun Kemudian (TAHUN 2007) ——————-
Pada
bulan Agustus, angin muson (monsoon) yang membawa uap-uap air dari Samudera
Hindia sering menyebabkan hujan di sebagian besar semenanjung India. Begitu
juga saat ini, gerimis mulai membasahi lahan di kampus Delhi University. Pak
Akso, sekarang 31 tahun, baru satu bulan menginjakkan kaki di kampus ini berkat
beasiswa S2 yang berhasil diraihnya. Dia yang dua tahun lalu diangkat menjadi
Dosen PNS, sekarang melanjutkan kuliahnya pada Post Graduate di Department of
Linguistics, Delhi University, New Delhi, India. Pak Akso berlari-lari kecil
menuju gedung perpustakaan agar gerimis tidak terlanjur membasahi dirinya.
Karena berlari tergesa-gesa dan pandangannya menunduk ke bawah, tanpa sengaja
dia menabrak seorang mahasiswi yang mengenakan payung. Berhamburanlah buku-buku
dan tas yang semula berada dalam pegangan mahasiswi itu dan sekarang basah
karena jatuh ke aspal yang telah diguyur hujan. Mahasiswi itu mengenakan salwar
kameez, seperangkat pakaian tradisional yang biasa di kenakan oleh wanita dan
pria di Asia Selatan. Tapi yang sedikit unik, mahasiswi ini juga mengenakan
jilbab, dengan lehernya dilingkari dupatta, selendang panjang.
Pak
Akso gelagapan dan merasa bersalah, dan segera mengumpulkan kembali buku-buku
yang berjatuhan itu seraya sambil minta maaf. Tapi ketika melihat wajah
mahasiswi itu, Pak Akso bergeming, dia terpesona bercampur terkejut. Wajah
mahasiswi yang berlumuran bulir rinai gerimis itu sangat cantik, lebih dari itu
wajah ini membawanya kembali pada kenangan 4 tahun lalu semasa dia menjadi guru
SMA di tanah air. Begitu juga halnya Syahda, dia juga terkejut, tidak menyangka
bisa ketemu lagi dengan mantan gurunya yang pernah dikasihinya dulu. Syahda
(saat ini umur 21 tahun) sedang menyelesaikan tugas akhirnya pada program S1 di
jurusan Linguistik, yaitu jurusan yang sama diambil oleh Pak Akso. Dalam
keheningan sekejap itu, Pak Akso sempat berucap syukur, gerimis nan indah itu
telah turun lagi untuk membasahi jiwanya yang mulai semangat kembali. Mereka
membiarkan untuk sementara waktu air hujan membasahi tubuh mereka, sebelum
akhirnya mereka berdua masuk ke gedung perpustakaan untuk mulai lagi merajut
kisah yang baru.
——–
SELESAI ———
IV.
Storyline: Sinopsis 3 babak diurai menjadi detil adegan.
Contoh
:
BABAK
1
1. Di
sebuah sekolah di Jakarta. Pagi itu para murid kelihatan mulai dengan
aktititasnya sehari-hari; Ada yang berangkat secara sendiri-sendiri atau
rombongan. Tiba-tiba Arjun beserta ganknya, datang dengan mobil yang soundsystemnya
digeber keras-keras seolah-olah dia mau memamerkan apa yang dia punya. Selain
Arjun ada Joni yang playboy, Bocel si tukang pukul, dan juga Robi yang cuma
pinter dalam teori cinta tapi terus ngejomblo. Arjun adalah putera tunggak
ketua yayasan sekolah. Ekspresi bermacam-macam dari penghuni sekolah terhadap
Arjun ada yang cuek,sinis bahkan simpati. Termasuk kelompok remaja putri yang
dikomandani Tari Ogut (nama beken dari Tari Wulandari karena ada nama murid
yang hampir sama dengannya yakni Tari Sukmaningsih). Gang Tari terdiri dari
Tari, Lina “Oneng” Nurlina, dan Setyowati si Jawir. (Ada potensi komedi).
2. Bel
berbunyi. Saatnya murid masuk ke kelas masing-masing. Kelas 3c nampak ramai
karena guru belum datang. Penghuni kelas saling bergosip ria. Sedikit terlambat
Pak Vandi masuk ke kelas. Suasana kelas hening, seperti biasa karena wajahnya
yang ganteng mirip seperti aktor India membuat para cewek saling kasak-kusuk
bersimpati dan yang sering dilakukan mereka adalah kirim sms ke Hp diantara
mereka. (Kejadian ini tahun 2003. Belum semua siswa punya hape).
3. Bu
Rukmi (45 tahun, ibu 2 anak, guru BP) mengetuk pintu kelas. Pak Vandi keluar
kelas dan sebentar tertegun melihat Syahda, seorang cewek mempesona yang
mobilnya berhenti di kios majalah seberang tempat kostnya, ia melihatnya saat
mau berangkat ke sekolah. Akhirnya Pak Vandi memperkenalkan Syahda, kelas riuh
dengan celotehan para cowok. Pak Vandipun turut tertarik mengingat iapun masih
jomblo.
4. Ada
bangku kosong dibelakang. Sebelum Pak Vandi menata duduk Syahda maka secepat
kilat Arjun yang duduk ditengah mengusir Joni yang duduk disebelahnya untuk
pindah kebelakang. Hati Arjunpun berbunga-bunga saat itu karena Syahda duduk
berdampingan dengannya. PDKT dan rayuan maut mulai ditebar oleh si Arjun. (Ada
potensi Komedi).
5.
Saat menonton basket, Syahda bertanya2 tentang pak Vandi ke Tari Ogut. Disini
diceritakan tentang nama pak Vandi. Namanya sebetulnya Irvandi dst. Karena
kurang umum, ada yang manggil Irvan, Vandi, Wandi, atau nama tengahnya Budi. Di
sekolah, murid2 memanggilnya Pak Vandi. (Catatan: ini tabungan informasi untuk
adegan2 berikutnya). Pak Vandi memang salah satu guru idola. Arjun yang tengah
bermain, sadar dari gerak mata Shahda bahwa gadis itu agak tertarik pada Pak
Vandi. Arjun lalu memamerkan unjuk kebolehannya di pertandingan Basket.
Sorak-sorai mendukungnya. Diam-diam Syahda tertarik juga akan diri Arjun. Tari
Ogut mengajak Syahda masuk dalam kelompoknya.
6.
Arjun yang mengejar Syahda menemuinya di kios majalah. Saat itu Arjun beralasan
mau membeli majalah yang membahas mobil dan tetebengeknya maklum ia lagi
gandrung untuk mempercantik mobilnya. Dalam obrolan itu Arjun baru mengetahui
bahwa Syahda ternyata penikmat puisi. (Catatan: Syahda itu tipe Melankolik; Di
scene ini ada informasi bahwa salah satu dari beberpa penulis puisi pujaannya
adalah Pulungsari).
7.
Malamnya, di tempat kost, orangtua Vandi di daerah menelpon macam2 dan mulai
menyinggung soal jodoh tapi Vandi mengelak. Begitu telpon ditutup, ada lagi
telpon dari Pak Jo dari koran Rakyat Pos yang menanyai kapan lagi ia bisa
mengirim puisi. Vandi dengan Pak Jo sudah amat akrab dan Vandi sering dipanggil
Budi, nama tengahnya, dengan alasan nama Vandi amat tidak umum. Saat duduk di
depan laptop bututnya, ia teringat Syahda dan mulai menulis puisi tentang
Syahda yaitu Gerimis Nan Indah/GNI. (Disini ada informasi bahwa untuk menambah
penghasilan Pak Vandi sering buat puisi, artikel, cerpen dan opini untuk
dikirim ke majalah & surat kabar. Hasil honor ia kumpulkan akhirnya kesampaian
juga untuk membeli motor kreditan).
8.
Beberapa hari berikutnya, Minggu. Syahda mau membeli majalah lagi tetapi stok
habis. Iseng-iseng Syahda baca-baca koran yang ada disitu. Tak sengaja dia baca
kolom puisi dan disitu ia menemukan puisi Gerimis Nan Indah kiriman dari
Pulungsari.
9.
Syahda yang tertarik puisi dari Pulungsari lalu mengoleksi puisi itu dengan
membuat klipping di bukunya. Arjun yang datang dan ‘dicuekin’ karena kesibukan
itu lantas pulang.
10.
Arjun minta bantuan Joni si playboy untuk membuat puisi untuknya. Tapi walaupun
sudah dibelikan minuman berenergi dan macam-macam cemilan, puisinya tetap
jelek. Dalam keadaan terdesak Arjun bilang bahwa yang pinter nulis sebetulnya
adalah Robi. Robi lantas ditelpon. Sebetulnya Robi malas. Tapi karena diancam,
ia lantas menyanggupi. Tidak perlu diuraikan proses pembuatan puisi oleh Robi.
(Ada potensi komedi).
11.
Dasar Syahda yang lagi kasmaran dengan puisi cinta akhirnya kepincut juga sama
Arjun. Ada respon sedikit di manfaatkan oleh Arjun untuk ‘nembak’ dan
mengumumkan bahwa Syahda adalah pacarnya. Padahal Syahda baru sampai pada taraf
tertarik saja pada Arjun.
12.
Syahda minta tolong Mak Yem, pembantunya untuk menelpon penerbit Rakyat Pos.
Sementara itu ia dapat kabar dari Tari Ogut tentang ulah Arjun yang ketahuan
mabuk di kantin sekolah. Tak lama Mak Yem bisa tersambung dengan Pak Jo sebelum
kemudian menyambungkan lagi dengan Syahda. (Ada potensi Komedi).
13.
Vandi mendapat email dari Syahda yang mengaku bernama Ririn yang sangat
tertarik dengan puisinya dan ingin belajar tentang cara membuatnya. Vandi tak
keberatan.
BABAK
2
14.
Syahda penasaran karena Pulungsari tidak pernah lagi terlihat karya-karyanya.
Kiriman emailpun tidak ada lagi. Padahal Syahda sudah berkali-kali menanyakan
melalui alamat email tersebut. Ia lalu menelpon Pak Jo lagi dan dengan setengah
memaksa lantas mendapatkan nomor telpon dan alamat kost Pulungsari.
15.
Saat di kantin Arjun datang menghampiri Syahda untuk minta maaf atas kejadian
mabuk-mabukan. Ia memberikan surat yang didalamnya juga ada puisi (pesan ke
Joni). Syahda cuek & dingin aja menerima surat itu, hatinya sudah tak
bergairah karena ia masih kepikiran Pulungsari. (Catatan: di bagian ini ada
informasi bahwa Pak Vandi sakit dan Syahda sama sekali tidak menduga bahwa Pak
Vandi adalah Pulungsari).
16.
Dari Pak Jubir (pemilik kos) akhirnya Syahda tahu kalau Budi ditempat
tinggalnya Pak Vandi Sambudi lebih dikenal dengan nama panggilan Pak Budi)
sedang sakit typus dan opname dirumah sakit yang kebetulan jaraknya hanya 100
meter dari situ. Karena tanggung, Syahda memutuskan mengunjungi di RS. Apalagi
saat itu jam besuk hanya tinggal setengah jam lagi.
17.
Alangkat kagetnya Syahda saat ketemu Pak Vandi. Dia hampir tak percaya dan
tersipu malu kala mengetahui bahwa Pulungsari adalah Pak Vandi. Karena setiap
kontak ia selalu mencurahkan isi hatinya dan ternyata dia adalah gurunya
sendiri yang banyak menjadi idola di kelas.
18. Di
kunjungan2 berikut, saat datang sendiri akhirnya Syahda mengakui mengagumi
sekaligus ada benih cinta dihatinya. Awalnya Pak Vandi mengelak mengungkapkan
perasaaan hatinya apalagi Syahda adalah anak didiknya sendiri. Tentunya tak
patut untuk menjalin cinta amtara guru dan murid. Namun akhirnya kekukuhannya
jebol ia mengakui Syahda ada dihatinya sejak awal perkenalan dikelas.
19.
Beberapa hari kemudian kabar kedekatan Pak Vandi dengan Syahda sampai ke
telinga Arjun. Ia mulai gerah dengan sikap Syahda. Saat mengkonfirmasi ke
Syahda, gadis itu tersinggung karena walaupun ia dnegan Pak Vandi hanya
berteman, menurutnya Arjun tidak berhak ikut campur. Lagipula memang tidak ada
hubungan istimewa antara Syahda dengan Arjun. Arjun pulang ke rumah dengan
perasaan dendam pada gurunya.
20.Arjun
menceritakan kekesalannya terhadap Pak Vandi pada kelompoknya. Selain sudah
membujuk orangtuanya yang ketua yayasan sekolah, ia juga minta bantuan kepada
Robi, Joni dan khususnya Bocel dan kelompoknya untuk merancang strategi (teror
fisik dan mental) untuk menjahili Pak Vandi. Layaknya partai politik yang ingin
memenangkan calonnya mereka merancang beberapa sekenario untuk menjatuhkan Pak
Vandi agar tidak kerasan lagi mengajar di sekolah tersebut. (Ada potensi
komedi).
21.
Arjun menempelkan selebaran di kantin untuk memfitnah Pak Vandi. Hal itu
ketahuan Bu Marni tapi menyadari bahwa Arjun adalah anak ketua yayasan sekolah,
ia hanya curhat pada Pak Vandi. (Catatan: ada informasi bahwa Vandi tengah
mencari beasiswa belajar ke LN. India adalah salah satu pilihannya)
22.Syahda
masih begitu asyiknya mencari inspirasi untuk membuat puisi yang romantis. Hawa
cinta yang menggebu dan keyakinannya akan sosok pribadi Pak Vandi tak
membuatnya terpengaruh akan isu-isu yang beredar meski awalnya hatinya sempat
galau.
23.Orang
tua Syahda mendapat surat kaleng yang dilampiri foto hasil jepretan kamera
milik Arjun yang menyebutkan terjalinnya hubungan percintaan antara Syahda dan
Pak Vandi. Mak Yem yang menemukan surat itu pertamakali. Syahda kemudian
diinterogasi. (Ada potensi komedi ketika Mak Yem ikut menginterogasi).
24.Teror
mental. Di kelas Arjun dan kelompoknya mulai acuh dan berulah saat mata
pelajaran Pak Vandi. Ulah Arjun mendapat teguran dari Pak Vandi namun tak
digubris. Ledekan dan kata-kata Arjun membuat Pak Vandi naik pitam dan tanpa
sadar emosinya muncul menantang duel secara jantan.
25.Teror
fisik direncanakan. Bocel dan kelompoknya siap menghadang Pak Vandi sewaktu
perjalanan pulang dari sekolah tapi Robi mendadak kebelet. Begitu sudah beres,
mendadak ketua mereka (Bocel) tiba-tiba sakit gigi. Rencana kemudian digagalkan
karena momentumnya sudah terlewat. (Ada pontensi komedi).
26.Perilaku
dan ucapan dikelas terhadap Arjun masuk laporan ke Kepala Sekolah, diadakan
Arjun rapat guru atas desakan orang yang berpengaruh (Bapaknya Arjun).
(Catatan: Hasil rapat dirahasiakan pada pembaca).
27.
Syahda yang akrab dengan Mbak Yem, menunjukkan puisi pertama bikinannya yang ia
buat atas saran2 Pak Vandi yang ditulis tangan di atas kertas pink dengan
tekstur khusus. Menurut Mak Yem, puisinya cukup bagus. Syahda senang dan akan
menyerahkan pada Pak Vandi di pertemuan pertama. (Ada pontensi humor).
28.
Pertemuan Pak Vandi dengan Syahda. Syahda yang sudah sangat jatuh cinta meminta
ijin agar diluar sekolah ia memanggil nama Vandi tanpa embel2 ‘pak’ layaknya
seorang kekasih. Pak Vandi tidak menanggapi. Melihat raut wajah murungnya,
Syahda penasaran dan akhirnya mendapat info bahwa Pak Vandi dikeluarkan dari
sekolah. Pak Vandi yang tahu bahwa Syahda mencintainya buru2 menyergah ketika
Syahda akan mengutarakan isi hatinya. Alasannya: ia terlanjur akan belajar ke
LN karena mendapatkan beasiswa. Syahda sedih dan terjadi perpisahan di antara
mereka berdua. Saat Arjun menegur, Syahda malah menatap dengan benci. Saat itu
Arjun tahu bahwa cintanya pada Syahda telah sepenuhnya ditolak.
BABAK
3
29.
Empat tahun berlalu. Di pertengahan tahun 2007(?), terlihat di kantin sebuah
kampus Joko sedang ngobrol. Mereka berdua telah berada di India. Sendau gurau
berkisar pada para mahasiswi yang lalu lalang didepan mereka. Lagi-lagi ada
telpon dari orangtua Vandi yang menanyakan kapan ia mendapatkan pasangan hidup.
Vandi sampai hafal kata2 nasihatnya seperti “bapak-ibumu kan sudah tua. Kami
ingin segera meminang cucu.” (Catatan: ada informasi bahwa Vandi segera
mengakhiri kuliahnya dan akan kembali ke Indonesia esok lusa).
30.
Jasmine (mahasiswa asal Indonesia yang sekampus,manis,cerdas,supel) menemui Pak
Vandi di perpustakaan. (Catatan: berikan latar-belakang gadis India). Jasmine
sendiri yang menurut pantauan dan perasaanya ada perhatian lebih padanya.
31. Di
pesawat ke Jakarta, saat melihat seorang gadis Indonesia, Akso teringat Syahda.
Ia membuka dompetnya dan mengelurkan lipatan kertas buram dan membaca puisi
yang gadis itu pernah buatkan untuknya.
32.
Hari sudah malam saat Vandi tiba di bandara Jakarta. Di saat yang nyaris
bersamaan ternyata ada pesawat dari Singapore yang tiba. Saat menunggu koper di
ban berjalan, Vandi menelpon Joko. (Ada pontensi komedi disini). Ia juga
menceritakan bahwa ia membaca puisi Syahda. Menurut Joko, jika Syahda itu
soulmate, Vandi akan bertemu lagi dengannya dalam suatu cara yang tidak
disangka-sangka.
33.
Koper Vandi ternyata koper yang terakhir didapatkan penumpang pesawat. Hari
makin larut. Karena faktor kehati-hatian, Vandi tidak sembarangan memilih taksi
untuk mengantarnya ke losmen sebelum melanjutkan pulang ke daerah asal besok
paginya. Taksi pilihannya ternyata hanya tinggal satu. Saat ia akan memakai
taksi itu, ia berebutan dengan seorang gadis. Ia kaget saat mengetahui bahwa
gadis itu adalah Syahda yang baru saja mengikuti pelatihan sebagai management
trainee di Singapore. Mereka kikuk. Tak ada pilihan lain, mereka lantas naik
taksi yang sama menuju Jakarta.
34. Di
taksi, mereka tidak banyak bicara. Vandi tiba duluan di tempat tujuan. Saat
hendak membayar ongkos secara sebagian dari dompetnya terjatuh kertas warna
pink dengan tekstur/pola khusus. Syahda mengenalinya sebagai kertas puisi
buatannya. Syahda diluar dugaan mengeluarkan selembar kertas kecil lain dari
dompetnya. Ternyata itu adalah klipping puisi Gerimis Nan Indah. Karena masih
jomblo, Syahda menguatkan diri dan menyatakan isi hatinya. Vandi ternyata
terdiam dan ini membuat Syahda kuatir apakah Vandi sudah berkeluarga atau
belum. Tak lama, hape Vandi berbunyi. Ternyata itu adalah telpon dari
keluarganya. Saat mereka bertanya lagi pertanyaan yang itu-itu juga, Vandi
sengaja menghidupkan speaker phone agar didengar oleh Syahda. Ketika mereka
mengulang pertanyaan, Vandi menjawab bahwa ia sudah memiliki seorang calon
pendamping hidup yang saat itu tengah ada bersama-sama dirinya.
TAMAT
V.
DRAFT AWAL
VI.
DRAFT AKHIR
Untuk
dua contoh di atas tentu tidak dapat diuraikan disini karena sudah merupakan
satu kesatuan novel secara utuh. Yang jelas, Draft Awal adalah naskah dimana
Storyline 3 babak diuraikan tiap scene atau adegan. Draft Akhir adalah untuk
proses Aging/pendiaman, termasuk memperhalus kata-kata.
TIPS:
Dalam
membuat novel ada begitu banyak hal yang perlu diperhatikan. Beberapa di
antaranya:
1.
Perombakan nama tokoh, tempat, serta lokasi kejadian, dan bahkan struktur cerita,
masih diperbolehkan hingga tahap pembuatan storyline. Setelah memasuki draft
awal, semua itu ditabukan.
2.
Momok paling menentukan adalah kebuntuan. Deadlock. Tapi selama semangat
menulis tetap membara dan selalu berdoa minta kepinteran sama Yang Maha Kuasa,
percayalah, deadlock hanyalah kerikil kecil yang dengan mudah kita cemplungin
ke got.
3.
Metode pembuatan sinopsis 3 babak bukan metode baku. Penulis bisa membuat
dengan format lain. Kendati demikian, sinopsis 3 babak merupakan pola yang
paling banyak dipakai dalam pembuatan sebuah cerita berdurasi panjang.
4.
Hindari tokoh atau kejadian yang mendadak muncul di tengah cerita dan akibat
berdampak bahwa kemunculannya ‘maksain.’ Jika hal itu mau dilakukan, perlu ada
‘tabungan informasi’ di awal cerita.
5.
Hati-hati dengan pemberian nama tokoh. Kemunculan tokoh (bukan tokoh utama)
yang diberi nama, harus punya tujuan. Entah dengan cara akan muncul lagi di
bagian berikut, atau akan memberi unsur kejutan bagi pembaca. Nama tokoh yang
terlalu banyak akan membuat pembaca dibingungkan.
Selamat
mencoba!
ditulis
oleh : Marthino Andries
Penulis
10 novel, 1 buku panduan, beberapa skenario komedi-situasi, cerpen, artikel,
drama dan opini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar